835612491734829398
707373591734570220
707373591734570220
540284381734224640
540284381734224640
351788421733965877
351788421733965877
942125141733619837
942125141733619837
Upaya peningkatan mutu
MOHON DOA RESTU
Penilaian akreditasi tgl 9 sampai 12 Mei 2019
Klinik Pratama Rawat Inap
“Sumber Waras”
5 Masalah Kesehatan Akibat Konsumsi Gula Berlebih (Selain Diabetes)
Gula hampir tidak bisa dilepaskan dari makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Rasanya yang manis memang menambah kenikmatan. Es krim, soda, permen, hingga nasi putih semuanya mengandung gula.
Namun, tahukah Anda gula bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan? Tak hanya diabetes, ada berbagai penyakit lain yang secara langsung maupun tidak langsung diakibatkan oleh konsumsi gula berlebih. Berikut macam-macam penyakit akibat gula yang bisa menyerang Anda.
1. Penyakit jantung
Penyakit akibat gula yang pertama adalah penyakit jantung. Dr. Frank Hu, Profesor Nutrisi di the Harvard T.H. Chan School of Public Health mengatakan semakin banyak Anda mengonsumsi gula tambahan maka semakin meningkat pula risiko Anda terkena penyakit jantung. Bahkan dalam penelitian yang diterbitkan di Journal of the American Medical Association, dinemukan fakta orang yang 17 hingga 21 persen kalorinya berasal dari gula tambahan memiliki risiko meninggal akibat penyakit jantung sebesar 38 persen lebih tinggi.
Hubungan antara banyaknya konsumsi gula dan berakibat pada penyakit jantung sebenarnya tidak secara langsung. Terlalu banyak mengonsumsi gula dapat membuat hati bekerja lebih keras. Pasalnya, hati memetabolisme gula dengan mengubah karbohidrat menjadi lemak. Lama kelamaan, jika kebiasaan mengonsumsi gula berlebih tidak Anda hentikan, maka lemak akan menumpuk di hati dalam jumlah besar dan menyebabkan terjadinya perlemakan hati (fatty liver). Perlemakan hati inilah yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung.
Selain itu, mengonsumsi terlalu banyak gula juga dapat meningkatkan tekanan darah dan peradangan kronis yang memicu penyakit jantung.
2. Obesitas
Obesitas menjadi penyakit akibat gula yang bisa menjadi memicu berbagai penyakit kronis. Menurut British Dietetic Association (BDA), makanan dan minuman yang mengandung gula tambahan mengandung banyak kalori. Semakin banyak Anda mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula, semakin banyak pula kalori yang Anda konsumsi.
Gula mematikan sistem kendali nafsu makan seseorang. Sehingga biasanya sekali saja Anda makan dan minum manis, Anda tidak bisa berhenti dan ingin mengonsumsi makanan manis lainnya. Tanpa sadar, kalori yang dikonsumsi bisa melebihi batas normal. Akibatnya, jika kebiasaan ini dibiarkan terus menerus maka bukan tidak mungkin Anda mengalami berat badan berlebih.
Padahal, Anda tidak disarankan untuk mengonsumsi gula lebih dari 10 persen asupan kalori harian, umumnya sekitar 70 gr untuk pria dan 50 gr untuk wanita. Sedangkan dalam satu kaleng minuman bersoda saja kalorinya mencapai 35 gr. Untuk itu, jika Anda ingin mengonsumsi makanan dan minuman manis, gunakan pemanis rendah kalori. Selain menghindari lonjakan gula darah, pemanis ini juga tidak mengandung banyak kalori yang bisa membuat Anda cepat gemuk.
3. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah penyakit gula darah tinggi sebagai komplikasi dari diabetes. Biasanya, berbagai faktor yang dapat memicu diabetes mengalami hiperglikemia yaitu makanan yang tidak dijaga, kurang gerak, obat-obatan nondiabetes yang bisa menaikkan gula darah, dan melewatkan konsumsi obat penurun gula darah atau suntik insulin.
Hiperglikemia termasuk masalah kesehatan yang bisa berakibat fatal jika tidak segera ditangani. Biasanya, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi pada mata, ginjal, saraf, dan juga jantung. Tak hanya itu, hiperglikemia juga bisa menyebabkan Anda mengalami koma.
Untuk itu, selain mengikuti berbagai aturan minum obat yang dianjurkan dokter, Anda juga perlu mengendalikan jenis makanan yang dikonsumsi. Usahakan untuk menghindari berbagai makanan dan minuman yang mengandung gula tambahan jika sudah memiliki diabetes untuk mencegah keparahan kondisi.
4. Kerusakan gigi
Tahukah Anda, gula ibarat magnet bagi bakteri jahat di dalam mulut. Kelompok bakteri ini menghasilkan asam di mulut setiap kali Anda makan gula. Bakteri jahat ini memakan gula yang Anda makan dan membentuk plak pada gigi.
Plak adalah lapisan lunak dan lengket di gigi yang terdiri dari 70 persen bakteri yang berasal dari air liur. Plak pada gigi yang tidak hilang dengan air liur dan tidak terangkat saat disikat membuat pH mulut menurun sehingga membuatnya menjadi lebih asam.
Serangan asam berulang menyebabkan hilangnya mineral di email gigi. Lama-lama, hal ini bisa melemahkan dan menghancurkan email gigi yang pada akhirnya bisa membentuk lubang kecil di gigi. Jika dibiarkan, lubang ini akan terus membesar hingga menyebar ke lapisan gigi yang lebih dalam dan bisa mengakibatkan rasa sakit.
Saat gigi mulai rusak Anda akan merasakan berbagai gejala seperti sakit gigi, sakit saat mengunyah, dan gigi sensitif terhadap makanan dan minuman manis, panas, atau dingin.
5. Alzheimer
Alzheimer adalah penyakit degeneratif yang mengakibatkan hilangnya neuron (sel otak) dan sinapsis (persimpangan antara sel-sel otak) secara bertahap. Kondisi ini mengakibatkan penurunan fungsi otak seiring berjalannya waktu. Penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, serta perubahan perilaku sehari-hari menjadi tanda-tanda penyakit Alzheimer. Hingga akhirnya, saat Alzheimer sudah cukup parah, pengidapnya tidak lagi mampu melakukan berbagai kegiatan tanpa bantuan orang lain.
Launching kliniksumberwarasampel.com
dengan berkat rahmat Allah SWT. kami hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan layanan yang terbaik demi kesehatan indonesia… kami KLINIK SUMBER WARAS AMPELsiap menjadi mitra layanan kesehtan anda
stunting
Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
”Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih”, tutur Menteri Kesehatan RI, Nila Farid Moelok, di Jakarta (7/4).
Diterangkan Menkes Nila Moeloek, kesehatan berada di hilir. Seringkali masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan. Karena itu, ditegaskan oleh Menkes, kesehatan membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat.
1) Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah ”Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
2) Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.
Dimulai dari edukasi tentang kesehatab reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.
Bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (ASI). Berikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.
Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping ASI. Jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke Posyandu setiap bulan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.
3) Sanitasi dan Akses Air Bersih Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
”Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka, dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya”, tutupnya.
Sekilas Mengenai Stunting
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.
Kapan Saya Boleh Menyetir Mobil Lagi Setelah Operasi Caesar?
Prosedur pembedahan saat melahirkan caesar biasanya meninggalkan luka jahitan yang cukup dalam dan luas. Oleh karena itu, pemulihannya pun membutuhkan waktu yang lebih lama. Umumnya, dokter menganjurkan pasien untuk beristirahat lebih lama dan tidak melakukan berbagai kegiatan berat pascakelahiran, termasuk menyetir mobil. Lantas, kapan boleh kembali nyetir setelah caesar?
Setelah operasi caesar, biasanya Anda akan mengalami beberapa perubahan tubuh seperti:
Perdarahan vagina
Setelah operasi caesar, Anda mungkin mengalami perdarahan dari vagina selama beberapa minggu. Hal ini terjadi karena tubuh menyingkirkan jaringan sisa dan darah di rahim. Di awal, darah biasanya akan berwarna merah cerah. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, darah berubah menjadi warna cokelat, kuning, hingga akhirnya benar-benar berhenti.
Nyeri
Setelah melahirkan caesar, Anda biasanya akan mengalami nyeri seperti kram. Hal ini terjadi karena tubuh mempersempit pembuluh darah di rahim agar perdarahan tidak terlalu banyak. Efeknya, Anda akan merasakan kram perut yang mirip seperti saat haid.
Payudara bengkak dan nyeri
Sekitar 3-4 hari setelah melahirkan, biasanya payudara mulai memproduksi zat yang disebut dengan kolostrum. Kolostrum merupakan zat kaya gizi yang membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Setelahnya, payudara akan membengkak karena penuh dengan air susu. Pembengkakan ini bisa membuat nyeri jika air susu tidak terus dikeluarkan.
Jahitan memar dan gatal
Luka jahitan caesar biasanya akan terasa memar dan gatal. Umumnya, luka yang berada di bawah lipatan perut akan sangat sulit mengering. Kondisi ini bisa bertahan cukup lama. Umumnya, membutuhkan waktu 6-10 minggu agar luka sembuh sepenuhnya.
Perut kembung
Setelah caesar, Anda bisa mengalami perut kembung selama berhari-hari hingga berminggu-minggu setelah operasi. Udara yang terjebak di perut menyebabkan rasa sakit yang cukup mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk itu, ibu perlu menghindari berbagai makanan dan minuman yang bisa membuat perut kembung seperti susu, kol, apel, dan sebagainya.